Selamat Datang, Blog sahrilcatatan.blogspot.com

Minggu, 17 April 2011

Dicari Manusia Setengah Dewa

        PERADABAN modern tak akan pernah bisa menebak secara persis apa yang tengah menari-nari di pikiran Socrates, tatkala tengah menghadapi tuntutan mati dihadapan peradilan penguasa Athena. Sebuah peradilan yang konon digelar, hanya untuk mendengar kesaksian seorang Socrates, yang telah dikenakan tuduhan “ kafir “ atas perbuatan yang dianggap telah menyebarkan faham baru melalui filsafat yang diajarkan ke murid-muridnya.
        Andaikan Socrates ingin bersiasat mengelabui para penguasa Yunani, agar bisa terhindar dari tuntutan jerat hukuman mati, sebagaimana para penguasa Athena telah lakukan, bersekongkol dengan para juri hakim yang mengadili Socrates, menyusun siasat licik. Dengan sengaja memperkarakan Socrates. Lalu menuntutnya hukuman mati. Pastilah untuk ukuran seorang Socrates tidak sulit melakukan. Sebab Socrates tidaklah dungu untuk memikirkan siasat licik mengibuli para penguasa Yunani.
Tapi sejarah mencatat. Sampai di ujung peradilan. Hal nista itu, tidak dilakukan. Socrates tetap bersikukuh berpegang teguh pada prinsip nilai kebenaran yang diyakininya. Socrates lebih memilih mengakhiri hidup dengan cara menenggak cawan berisi cairan cemara beracun dari pada harus menghianati prinsip kebenaran yang diyakinimya.
        Sokrates mati. Tapi selama ribuan tahun, pesan moral, yang ingin disampaikan, terus bergerak melintasi batas waktu. Dan hadir dalam setiap lakon sejarah peradaban kehidupan manusia tatkala nilai prinsip sebuah kebenaran tengah dipertaruhkan. Tapi sejarah peradaban manusia mencatat tidak selalunya dalam sebuah pertaruhan antara prinsip nilai kebenaran selalu keluar sebagai pemenang. Kadang kalanya prinsip nilai kebenaran takluk jadi pecundang lantaran tak siap berhadapan dengan dahsyatnya tekanan.
Sebab itulah selamanya kita tidak akan pernah tercatat dalam sejarah peradaban manusia menjadi seorang Socrates. Yang memandang hidup menjadi sesuatu tidak berguna. Yang terpenting prinsip kebenaran yang diyakini harus ditegakkan.
        Dalam pelbagai realitas kehidupan sosial, ketika seseorang mendapat tekanan yang luar biasa hebatnya. Kadang nilai-nilai kebenaran yang telah diyakininya terlucuti lantaran tak kuasa menahan tekanan. Tekanan begitu gampang membuat seseorang goyah lalu merubah prinsip keyakinan. Tak terkecuali panitia lelang yang telah ditunjuk atau diangkat untuk melaksanakan sebuah proses pelelangan.
Sudah lumrah, tatkala panitia pengadaan tengah dan sedang melaksanakan sebuah proses tender, ketika hendak memutuskan atau menentukan calon pemenang lelang. Yang namanya, usaha campur tangan dari luar selalu saja tidak pernah sepi, yang berusaha mempengaruhi keputusan yang akan ditetapkan panitia.
        Para peserta lelang atau kontraktor yang saling berhadapan untuk memenangkan tender pada sebuah pelelangan, sepertinya kurang yakin, kalau hanya menggantungkan kemenangan dengan mengandalkan dokumen penawaran. Sehingga tak jarang para kontraktor mencari usaha lain. Termasuk dengan jalan menggunakan jalan pintas, yang tidak digariskan, seperti melakukan usaha sebuah pendekatan atau melobi panitia dengan maksud mempengaruhi panitia.
Kadang usaha pendekatan yang dilakukan. Tidak cukup dengan lobi. Akan tetapi dibarengi tekanan. Tekanan bisa berupa dengan ancaman. Bisa juga berupa iming-imingan yang menggiurkan. Bila perlu, tidak sedikit peserta melibatkan “kekuasaan” untuk menekan panitia. Perkara aturan pelelangan yang telah digariskan. Soal nanti. Yang penting asal bisa ditetapkan calon pemenang.
        Kalau panitia tidak memiliki bekal prinsip yang cukup kokoh. Maka dipastikan, panitia lelang akan mudah goyah, takluk mengikuti kemauan tekanan peserta lelang. Meski dengan jalan merekayasa.
Sebaliknya bila panitia, memiliki prinsip yang kokoh, sehebat apapun ancaman dan semanis apapun janji yang ditebarkan. Niscaya tak akan mampu mempengaruhi panitia. Panitia akan tetap pada prinsipnya. Menentukan calon pemenang lelang sesuai dengan prosedur pelelangan.
        Memang tidak mudah mengemban tugas sebagai panitia lelang. Barangkali jabatan itu hanya cocok untuk sosok “ manusia setengah dewa “ sosok manusia yang selalu setia pada nilai-nilai prinsip dan nila-nilai kebenaran yang diyakini. Dan selalu setia mengabdi pada nilai kejujuran. Walau apapun taruhannya. Siap berhadapan dengan segala resiko siap kehilangan jabatan dan kedudukan. Termasuk berani menolak segala iming-iming yang menggiurkan. Sebab lebih memilih jalan. Seperti jalan yang ditempuh Socrates.

Rabu, 13 April 2011

Ayat-Ayar Sempalan Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa

NAAS  nasib      Alung,    kontraktor  sepuh yang sudah puluhan tahun,  beranak pinak  menggeluti  dunia   jasa pemborongan,  tiga dokumen penawaran  yang Ia masukkan,   tak satupun dari  tiga penawaran  yang nyangkut jadi pemenang, justru sebaliknya  berguguran   satu-persatu.
 Menghadapi  kenyataan apes, Alung tak habis pikir  dan tak putus didera pertanyaan  dalam hati. Dimana kira-kira kelirunya dokumen penawaran yang Ia buat. Padahal menurutnya   tiga  dokumen  penawaran yang  Ia masukkan  ke kotak penawaran  sudah dibuatnya sebegitu   topcer. Yang membuat Alung  semakin penasaran,   tiga dokumen penawaran yang Ia masukkan,  pada saat pembukaan  penawaran, semua  menempati  peringkat penawaran  paling  rendah diantara seluruh penawaran peserta lelang.  Artinya  harapan  memenangkan tender sudah didepan mata.
Rasa penasaran Alung belakangan terjawab, dimana letak kelirunya.  Rupanya  ada  ayat-ayat  tambahan   yang dibuat oleh panitia,  yang Ia  lewatkan  pada saat membuat dokumen penawaran.  Ayat  tambahan inilah  yang menjadi  biang bergugurnya  tiga  sekaligus  penawarannya.  Mengetahui penyebab  dokumen penawarannya  gugur.  Alung  tidak  begitu saja sepenuhnya bisa langsung  menerima.  Alung   merasa ada sesuatu yang ganjil,  antara sesama  tiga panitia  lelang, dimana Ia  mendaftar sebagai peserta  lelang,   aturan     yang  dibuat   ketiga panitia itu tidak ada yang seragam.
 Bagaimana mungkin, ada   aturan  ayat  tambahan  bunyinya  A,     yang dibolehkan  oleh panitia 1, gugur di panitia 2. Aturan  ayat  tambahan bunyinya  B  yang di bolehkan oleh panitia 1 dan panitia  2, di gugurkan oleh panitia 3.
Alung  tak henti bertanya,    siapa kira-kira diantara tiga panitia 1, panitia 2 dan panitia 3,     yang benar dan siapa    yang keliru  dalam menetapkan  persyaratan  ayat-ayat  tambahan  sebagai aturaran  dalam pelelangan.  Padahal saat mengikuti penjelasan lelang. Tiga  panitia itu, semua memproklamirkan, bahwa mekanisme  proses lelang didasarkan pada Kepres  80.
 Nasib  yang dialami Alung,  tentu  tidak  hanya  Ia seorang diri.  Masih banyak rekanan-rekanan lain yang pernah bernasib  sama.  Gagal memenangkan tender pengadaan  lantaran tersandung ayat-ayat tambahan yang dibuat oleh panitia.   Padahal logika  awamnya, seharusnya  antara panitia satu dengan  yang lain  tidak perlu ada perbedaan. Sebab, pedoman yang dijadikan pegangan sumbernya satu   yakni Kepres 80 Tahun 2003.   Jadi  tidak mungkin ada Kepres-Kepres  lain.
Tapi kenyataan, dalam pelelangan,  ayat-ayat tambahan yang tidak jelas juntrung sumbernya banyak berkeliaran sebagai ayat-aya sempalan.  Sadisnya  lagi, ayat-ayat sempalan ini, kerap digunakan   panitia sebagai senjata  ampuh untuk menggugurkan peserta lelang.
Sekadar   contoh, satu dari sekian  banyak  ayat sempalan,   yang kerap dijumpai dalam  lelang-lelang pengadaan,   soal dukungan dealer atau pabrik yang acapkali dipersyaratkan sebagian panitia kepada peserta,  bahwa peserta harus  wajib  mengantongi dukungan dealer  atau pabrik untuk  dapat ditunjuk sebagai pemenang.    Kalau  persyaratan ini  tidak dipenuhi bakalan peserta dinyatakan   gugur.
Jelas aturan  ayat  sempalan   ini kalau mau ditelusuri pangkalnya  tidak  memiliki dasar. Dan ayat sempalan  ini sudah mengarah kediskriminatif,     siapa yang bisa menjamin, kalau pihak  dealer  atau pabrik  bisa bersikap adil kepada seluruh  rekanan  yang  datang meminta dukungan lalu  memberikan dukungan semuanya. Bisa saja hanya satu rekanan  yang diberikan surat dukungan.   Begitu juga segala macam  bentuk dukungan-dukungan lain  yang selalu diminta dan dipersyaratkan panitia pada lelang-lelang pengadaan. 
 Padahal,  walau  tanpa dukungan dealer atau   pabrik,  barang  itu  mudah didapatkan dipasaran  karena di jual  bebas,  yang penting  asal ada fulus. Menyangkut soal  dukungan,  Kepres 80 dengan tegas  hanya mengenal satu jenis dukungan yakni dukungan  bank 5 % sampai  10 %.   Dukungan-dukungan  lain, haram!
Kemudian, contoh  lain,   mengenai  ketentuan   sampul luar dokumen penawaran.  Panitia pengadaan kadang ada yang nyeleneh  mempersoalkan  masalah  bentuk dan warna sampul.  Padahal kalau mau dicarikan ayat di dalam Kepres 80 sebagai alasan  pembenar pasti tidak  ditemukan sepotong ayat pun. Sangat banyak ayat-ayat sempalan, yang   berkeliaran mewarnai lelang-lelang pengadaan. Seperti  soal  materai, antara dimatikan dan tidak dimatikan  dengan tanggal.  Juga kadang  disoalkan, padahal lagi-lagi di dalam Kepres 80 tidak ditemukan ayat yang  mengaturnya.
Sebenarnya kalaulah  panitia  sungguh-sungguh  pure, menerapkan  Kepres 80 sebagai satu-satunya  pedoman   yang   digunakan dalam pelelangan.  Semestinya ayat-ayat sempalan  tidak perlu  dibuat panitia.  Sebab, sangat jelas didalam Kepres 80 seluk beluk  pelelangan semua telah diatur,  mengenai persyaratan dan ketentuan  yang  harus  dipenuhi peserta lelang.  Mana yang dihalalkan, mana yang diharamkan.  Urutan-urutan  evaluasi,   juga sudah  terang benderang. Mulai dari evaluasi administrasi, tehnis, biaya dan kewajaran harga, lanjut   keevaluasi dokemen kualifikasi.
  Alung sangat  maklum  dengan ayat-ayat sempalan,  ingatannya langsung  tertuju  pada istilah ayat-ayat   sempalan  yang    lazim dikenal  dalam  ajaran-ajaran teologis,  dimana ayat-ayat sempalan  ini  sengaja dibuat oleh oknum tertentu,   untuk  menebar  keresahan  di tengah   ummat beragama  dengan   target   menyesatkan ummat.
Ternyata  dalam dunia pelelanganpun, tidak  sepi  dari yang   namanya ayat-ayat sempalan,    banyak bertebaran,   yang membuat    resah para kontraktor lantaran tidak adannya kepastian  aturan  dalam  pelaksanaan lelang. Masak  antara panitia satu dan lain tidak seragam.  Beda panitia, beda style  aturan  yang digunakan.  
Karut marutnya  aturan  pelaksanaan  tender pengadaan  barang  dan jasa disebabkan    ayat-ayat sempalan,   bisa jadi dikarenakan   murni kekurang profesionalan panitia,  panitia tidak tahu secara utuh Kepres 80 Tahun 2003.  Kalau ini letak masalahnya,  solusinya  hanya satu, panitia bersangkutan   diminta  untuk menuntaskan bacaannya  kembali, agar  khatam seluruh bab, pasal, ayat  di dalam Kepres 80 Tahun 2003.  Tapi   yang celaka,  kalau ayat-ayat sempalan sengaja di  buat oleh  oknum panitia,  karena  ada maksud  patgulipat  dengan peserta lelang.  Maka  kalau   ini   pangkal penyebabnya,    tidaklah  mudah menemukan terapinya,  karena menyangkut  masalah moral.  Moral panitia   yang sakit.


Tarakan Mercu Suar Pembangunan Kawasan Utara Indonesia


       Tarakan  secara geografis  adalah wilayah  berada pada posisi  kunci dalam  sirkulasi perkembangan  ekonomi  kawasan  utara Kalimantan timur. Dengan berbagai  keunggulan  komparatif yang dimiliki, Tarakan dapat  dibanggakan  sebagai  miniatur pulau  Batam dibelahan   utara  bumi  Kalimantan timur.  Banyak  peluang   yang  menanti dan segera memerlukan invisible hand  untuk  mengembangkan ciri khas  potensi wilayahnya.  Dilihat  dari sudut kultur sosial budaya yang  heterogenitas merupakan  keragaman  yang  terintegarsi  dan  melahirkan formula  baru yang  merupakan  potensi  besar bila dioptimalkan  pemberdayaannya.
Bagaimana Tarakan  Dibangun
            Membangun Tarakan tentu bukan   pekerjaan mudah seperti  mengusap lampu Aladin.  Karena apa, Tarakan secara  historical background pembangunan   mempunyai persoalan  sendiri seperti  isu kesenjangan sosal akibat  tidak  meratanya  pembangunan dan  angka pertumbuhan penduduk yang  relatif cukup  besar terutama  disebabkan lonjakan  migrasi dari luar serta rendahnya  kualitas       tenaga  kerja  lokal akibat  minimnya pendidikan  semua ini  masih menjadi  masalah  besar dan  tantangan  bagi pembangunan kota Tarakan.
            Walau  harus  diakui  selama pelaksanaan  otonomi daerah  telah  banyak  memberi  hasil  nyata  yang  dapat  dirasakan langsung  oleh  masyarakat Tarakan  terutama  dalam  hal  perbaikan taraf hidup  kesejahteraan  masyarakat Tarakan.
            Pada subsektor ekonomi  penduduk menunjukkan  angka  kenaikan,  kenaikan  ini   tejadi akibat  perdagangan  dan jasa.  Kebijakan  pemerintah daerah dengan  membuka  diri selebar-lebarnya  bagi   investor swasta  serta  berbagai  kemudahan  yang  diberikan  telah  menciptakan  suasana  kondusif bagi  tumbuhnya  berbagai  sektor  usaha  industri pengolahan misalnya     industri kayu  lapis, perikanan, dan  jasa lainnya.
            Memasuki otonomi daerah  kebijakan pembangunan  daerah  harus diletakkan diatas  hasil-hasil capaian pembangunan sebelumnya,  sebagai  modal dan peluang  untuk   melaksanakan  pembangunan.
            Secara  geografis  wilayah Tarakan dikelilingi beberapa  kabupaten yang memiliki potensi kekayaan alam yang berbeda, bila pemerintah daerah mampu membaca peluang yang ditawarkan masing-masing kabupaten, dan bisa memanfaatkan peluang tersebut sebagai penopang untuk mendorong  Tarakan  sebagai kota pusat pelayanan Indonesia Kawasan Utara..
            Mengingat potensi  yang  dimiliki seperti kabupaten Bulungan,  Berau,Nunukan,  Malinau,  serta Kabupaten Tanah Tidung yang  baru  terbentuk, Tarakan  memiliki  posisi  tawar yang  sangat  strategis  di wilayah  utara  Indonesia  untuk memainkan peran  yang lebih  besar dalam  rangka  mendorong  dan  memajukan  ekonomi  dikawasan  ini, khususnya  melakukan  posisi tawar  dengan  negara tetangga Sabah Malaysia Timur yang  lebih maju  ekonominya.
            Melihat  kondisi geografis wilayah, Tarakan  dengan modal keunggulan  komparatif  yang  dimiliki  sangat memiliki   peluang   besar    untuk tumbuh menjadi  kota center of development dikawasan  utara Indonesia.             Sebagai pusat  unggulan,   Tarakan  harus  bisa  menciptakan suatu suasana  kondusif  bagi  daerah  sekitarnya  untuk  tumbuh dan berkembang  sesuai dengan  ciri  khas andalan potensi  daerah  masing-masing. Sehingga  pada giliran  nanti  tercipta satu  kawasan sinergis   bersama  dikawasan  utara  Kalimantan timur  yang diperhitungkan oleh negara jiran.
            Tarakan harus mulai berbenah dan  menyiapkan  diri  mulai sejak  sekarang  agar bisa  berperan lebis  besar  dalam  percaturan  perdagangan  bebas.   Bukan  sekadar penonton diluar ring. 

Tarakan, 14 April 2011
      Iman Para Kontraktor

SYAHDAN, suatu ketika  seorang bapak  yang  usianya sudah  memasuki  usia senja,   berpesan   kepada  anak laki-laki  semata  wayangnya. “ Kalau ingin  hidup  tenang   jangan  memilih pekerjaan  pemborong sebagai jalan  hidup. “ Tanpa merinci lebih  lanjut. Kalimat  sang bapak  berhenti sebatas itu.
Si   anak yang  duduk dengan  wajah menunduk di hadapan   sang  bapak. Mendengar kalimat sang  bapak,  seolah dibuat terkesiap,  tak paham,  apa   maksud dibalik  kalimat sang bapak. Si anak,   menangkap kalau kalimat  bapaknya  itu  serasa  ganjil.  Seingat  si  anak,  bukankah bapaknya   sendiri    selama  ini bekerja   sebagai seorang  pemborong.  Lantas mengapa   bapaknya  berkata seperti    itu.
Tapi si  anak  ketika itu usianya masih belia,  dan sepertinya tidak  ingin  membiarkan pikirannya  berlama-lama  terperangkap dalam pusaran  pertanyaan   yang  tidak  bertepi.      Dan  si  anak  berpendapat  kalau belum  saatnya    memaksakan  diri untuk  segera  tahu.  Yang terpenting baginya, sikap  patuh  sebagai  seorang  anak  wajib ditunjukkan dihadapan bapaknya.
Kurang lebih tiga  dekade  berselang,   si anak  yang pernah  dinasehati  sang bapak,     telah tumbuh  menjadi  sosok pengusaha  muda yang sukses, sebagai  pemborong.  Seperti kata  para paderi  dalam tiap  khotbahnya.  Tak  seorangpun       bisa  menebak  takdir dilaluinya.  Pun demikian    si anak,    tidak  dapat menebak takdinya sendiri. 
Kenyataan siapa  sangka  takdir  si  anak menjadi seorang  pemborong.  Walau sejatinya,  si anak    mula awalnya sudah berupaya  keras tetap patuh mengikuti  keinginan  nasehat  sang bapak.  Namun usahanya berujung   kesia-siaan. Si  pemilik  takdir  lebih  digdaya.
  Dalam melakoni  takdirnya  sebagai seorang   pemborong,    si anak tetap    tidak pernah  alpa  dengan  nasehat   sang bapak. Bagi si anak,   nasehat sang  bapak  diterjemahkannya  sebagai sebuah  peringatan untuk selalu menuntun langkahnya.    Boleh jadi, tatkala sang bapak memberinya  nasehat, sepertinya    sang bapak   telah  mendapat  firasat,  kalau kelak  anak laki-laki semata  wayangnya itu   kelak   akan ditakdirkan  mengikuti jejaknya  sebagai  seorang pemborong.  
 Kemungkinan muncul  kekhawatiran sang  bapak   kepada si anak,    manakala mengikuti  jejaknya sebagai  pemborong. Pekerjaan pemborong  akan  mengubah  tabiatnya.  Sebab pekerjaan  seorang  pemborong, sangat mudah  mengubah  tabiat    seseorang berperilaku menjadi   seorang  kleptomania.   Kalau  tidak    dituntun  dengan  sikap lurus, siapapun  bisa  terperosok   menjadi  pengidap   kleptomania  dibalik  jubah  keshalehan.
Berkat nasehat  sang bapak,   sikap lurus telah    menuntun langkah si  anak  menekuni  jalan  hidupnya  sebagai pemborong.  Tidaklah  heran  kalau  dimata  sesama pemborong,    si anak  di juluki pemborong shaleh.  Pemborong  yang selalu   jujur dan  amanah.   Segala perilaku kleptomania yang menjadi iman kontraktor,    mencuri-curi  volume, mengurangi spesifikai  material yang  lazim  di halalkan   kontraktor  untuk  menggasak   keuntungan yang  tidak wajar  sudah ditalak  tiganya.  
Bagi  si anak, bekerja  sebagai    seorang  pemborong  sama  dengan pekerjaan   seorang  pedagang yang  tidak diperkenankan mempermainkan  timbangan dengan  jalan    mengurangi  takaran.  Pekerjaan  seorang  pemborong  sama  dengan  pekerjaan  pedagang  tidak diperkenankan   menjual  barang dengan  menukar kualitasnya.
 Mengurangi  mutu spesifikasi  campuran  beton: 1:2:3  menjadi 1:4:8   sama halnya mengurangi  takaran  dalam timbang.  Memasang  material  bahan  yang  tidak  sesuai dengan  spesifikasi  dari  (kwalitas nomor 1)   KW 1 menjadi  (kwalitas  nomor  2) KW  2   sama  halnya menukar kualitas   barang.
Patut    kemudian    kalau ada  pekerjaan  proyek  semenisasi  jalan  lingkungan    belum   sampai  umur  rencana,     batu  kerikil  sudah pada  berserakan    tidak  karuan,  terlepas dari ikatan campuran  beton  gara-gara  mengurangi  takaran campuran tidak  sesuai spesifikasi.
Seiring perjalanan waktu, si anak  tetap berusaha  menyingkap  tabir        makna  dibalik nasehat sang  bapak.      Hingga  pada suatu  sore.  Si anak  seperti  biasa selepas  melaksanakan shalat azhar, selalu menghabiskan  waktu duduk bertafakur pada salah satu sudut ruang masjid.  Ditengah menikmati kekhusuan seorang  diri,  si anak merasakan ada   perasaan  gelisah  berkecamuk  di dalam lubuk hatinya.  Si anak  merasa mulai ragu,  tidak  yakin kalau  seluruh   harta kekayaan  dan  kemewahan yang  didapatkan dari  usahanya  sebagai  kontraktor.  Terbebas    dari  praktek  kleptomania.
Siapa   yang  menjamin   kalau tenaga   yang  dipekerjakannya  dilapangan tidak  pernah  abai pada saat mengaduk campuran semen, pasir, kerikil   dengan  spesifikasi  : 1:2:3,  sudah  benar  sesuai  takaran.  Bagaimana  kalau kenyataannya   perbandingan  campuran itu  tidak  sesuai lantaran  takaran  kurang satu  kerkil.
Seluruh  badan si anak bersimbah  keringat  dingin.  Bagaimana  mempertanggung jawabkan  kelak kekurangan  itu akibat kelalaiannya,   dihadapan sang hakim yang  maha adil seadil-adilnya di yaumul mizan. Bukankah, sebuah kecelakaan  besar bagi  orang-orang, apabila menakar atau  menimbang, mereka  mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang agung. yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan alam semesta.  
Kegelisahan  hebat telah  menguasai seluruh diri  si  anak yang membuatnya  jatuh dari  duduknya  tak sadarkan  diri.